A.
Besaran-besaran
skalar dan vektor
- Besaran-besaran skalar adalah besaran-besaran fisika atau kimia yang hanya memiliki harga mutlak (harga absolut) dan tidak memiliki arah tertentu.
Contoh besaran skalar :
·
Waktu
(t)
·
Temperatur
(T)
·
Volume
(V)
·
Resistansi
(R)
·
Kapasitansi
(C)
- Besaran-besaran vektor adalah besaran-besaran fisika atau disiplin ilmu teknik yang memiliki harga absolut dan arah tertentu.
Contoh besaran
vektor :
·
Gaya
(F)
·
Kecepatan
(v)
·
Percepatan
(a)
·
Intensitas
medan listrik (E)
Simbol yang biasa digunakan untuk besaran-besaran vektor
adalah huruf yang dicetak tebal atau huruf yang dilengkapi dengan tanda anak
panah diatasnya. Sebagai contoh,
vektor F ditulis F atau .
Arah vektor ditunjukkan oleh arah vektor satuannya a,
yang dilengkapi dengan subskrip huruf yang menjadi simbol besaran vektor
tersebut. Sebagai contoh vektor gaya F ditulis F = FaF
dimana F adalah harga absolut vektor F,
| F |. Di dalam sistem koordinat kartesian tiga dimensi,
sembarang vektor F dapat ditulis
F = FaF
= Fx + Fy + Fz = Fxax + Fyay+Fzaz
Dimana F = harga absolut vektor F.
Uraian tiga dimensi dari vektor satuan aF adalah :
aF = Fx/Fax + Fy/Fay + Fz/Faz = cos aax + cos βay + cos gaz
dimana
a = sudut antara sumbu x dengan vektor satuan aF
β = sudut antara
sumbu y dengan vektor satuan aF
g = sudut antara sumbu z dengan vektor satuan aF
Adalah koefisien-koefisien arah disepanjang sumbu x,
sumbu y dan sumbu z dari vektor F.
B.
Aljabar vektor
Aljabar vektor terdiri dari perkalian antara besaran
skalar dengan besaran vektor, penjumlahan atau pengurangan dua atau lebih besaran
vektor, perkalian titik atau perkalian skalar antara dua besaran vektor, dan
perkalian vektor antara dua atau lebih vektor.
Perkalian
bilangan skalar dengan vektor
Perkalian bilangan skalar dengan suatu besaran vektor
akan menghasilkan sebuah vektor baru, yang arahnya tidak berubah tetapi harga
absolut vektor baru tersebut adalah harga vektor sebelumnya dikalikan dengan
bilangan skalar tadi.
Perkalian bilangan skalar dengan besaran vektor mengikuti
hukum-hukum berikut ini:
1. Hukum Asosiatif : (k + l)(A + B) = k(A + B) + l(A + B), k dan l adalah bilangan skalar.
2. Hukum
Distributif : (k + l)(A + B) = kA + kB + lA + lB
Pejumlahan
dua vektor atau lebih
Penjumlahan sembarang vektor A dan sembarang vektor B
akan menghasilkan vektor baru C yang
mengikuti hukum-hukum berikut ini :
1. Hukum komutatif
|
|
|
Secara grafik, vektor C
adalah diagonal dari jajaran genjang yang sisi-sisinya adalah vektor A
dan vektor B.
Dengan demikian, harga absolut vektor C ditentukan oleh
harga absolut vektor A, harga absolut vektor B, dan sudut antara vektor A dan
vektor B, dengan demikian harga absolut vektor C akan mengikuti aturan cosinus
berikut ini :
C = (A2 +
B2 + 2AB cos q)1/2
2. Hukum Asosiatif
(A + B) + C = A + (B + C) = (A + C) + B
Perkalian
titik antara dua vektor
Perkalian titik antara sembarang vektor A dengan sembarang vektor B akan menghasilkan besaran skalar .
Sifat perkalian titik ini mengikuti hukum komutatif :
A . B = B . A = C
= |A| |B| cos
Dimana adalah sudut yang
dibentuk oleh vektor A dan B.
Perkalian titik antara sembarang vektor A dengan
sembarang vektor B dalam sistem
koordinat kartesian tiga dimensi adalah
Sehingga sudut antara sembarang vektor A dan sembarang
vektor B adalah :
Contoh
Soal
Jika diketahui vektor AB = 3ay+ 4ay+
5ay m dan vektor AC = 2ax + 3ay + 3az m,
tentukan luas segitiga ABC
Solusi
AB = harga
abolut vektor AB = (32 + 42 + 52 )1/2
=
7,07 meter
AC = harga abolut vektor AC = (22
+ 32 + 32 )1/2
=
4,69 meter
cos =
(3)(2)+(4)(3)+(5)(3) / (7,07)(4,69)
= 5,73
Dengan
demikian, kita peroleh
Luas segitiga ABC =
AB.AC.sin = AB.AC = ½ .7,07.4,69 sin 5,73
= 1,66 m2
Produk
Titik antara Vektor Satuan Sistem Koordinat Karesian dengan Sistem Koordinasi
Silinder
Produk
Titik antara Vektor Satuan Sistem Koordinat Kartesian dengan Sistem Koordinasi
Bola
Perkalian
Silang antara Dua Vektor
Perkalian Silang (cross product) antara dua vektor yang
berlainan jenis besaran fisiknya akan menghasilkan vektor baru yang jenis
besaran fisiknya juga berbeda. Sebagai contoh, perkalian silang antara vektor
momen magnetik m dengan vektor rapat
fluks magnetik B akan menghasilkan
vektor energi torsi magnetik T. Jika
vektor m memiliki satuan ampere meter2 dan vektor rapat fluks
magnetik B meiliki satuan tesla (T), maka vektor torsi magnetik memiliki satuan
Joule
T = m X B Joule
Perkalian silang antara vektor kecepatan v dari muatan
titik Q dengan vektor rapat fluks magnetik B yang serbasama (homogen)
menghasilkan vektor gaya Lorenz persatuan muatan. Perkalian silang antara
vektor arus listrik I yang mengalir pada kawat lurus sepanjang l dengan vektor
rapat fluks B yang serbasama disekitar kawat lurus yang dialiri arus I akan
mnghasilkan vektor gaya per satuan panjang, yang juag sering disebut vektor
gaya Lorenz persatuan panjang. Vektor momen torsi mekanik T adalah perkalian
silang antara vektor jarak r dengan vektor gaya F. Demikian juga, vektor
poynting P adalah produk silang antara vektor kuat medan listrik E dengan
Vektor kuat medan Magnetik H.
P = E x H Wm-2
Secara umum, perkalian silang antara sembarang vector A dengan sembarang
vector B akan menghasilkan vector C, namun perkalian ini tidak bersifat
komutatif, karena
A x B = -B x A = C
Dimana vector C tegak lurus dengan vector A dan juga tegak lurus vector B
C A dan C B
Harga absolute vector C adalah dimana adalah sudut antara vector A dan
vector B
Berikut ini adalah perkaian silang antara vector-vektor satuan didalam system
koordiant kartesian :
ax x ay = -ay x ax = az
ay x az = -az x ax = ax
az x ax = -ax x az = ay
Dengan demikian, perkalian silang antara sembarang vector A dengan vector B
didalam system koordinat kartesian tiga dimensi adalah
A x B = ( Axax+
Ayay + Azaz ) x ( Bxax+ Byay
+ Bzaz )
= (AyBz
- AzBy )ax + (AzBx – AxBz
)ay + (AxBy – AyBx )az
= Cxax + Cyay +
Czaz
Jadi harga absolut vector C adalah
C
= (A2x + A2y + A2z)
½ (B2x + B2y + B2z)
½ sin
= ((AyBz – AzBy)2
+ (AzBx – AxBz)2 +
(AxBy – AyBx)2)1/2
(1.1)
Dari persamaan (1.1) kita peroleh
Contoh Soal
Muatan titik Q = 50 C bergerak dengan kecepatan v = (3ax
+ 4ay) m/s didalam vector induksi magnetik yang homogen B = (4ax
+ 5ay + 5az) mT
Tentukan :
(a) gaya
Lorentz per satuan muatan pada Q
(b) sudut antara vector v dan B,
(c) vector
gaya, F
Solusi
(a) F/Q
= v B = (3ax + 4ay) (4ax+5ay+5az) 10-3 N/C
= (20ax – 15ay
–az) 10-3
N/C
(b) = (400 +225 +1 )1/2 10-3 =
25,04.10-3
= (32 + 42)1/2
m/s = 5 m/s
|B| = (42 +
52 + 52)1/2 .10-3= 8,2.10-3
T
Dari hasil diatas kita peroleh
Maka
= sin -1 (0,7106) = 37,64
(c) F = Q(v x b )
= 5 x 10 -5 (20ax- 15ay-az) x 10 -3 N
= (100ax
– 75ay - 5az) x 10-8 N
C.
Vektor Jarak
Vektor jarak dari sebuah titik ke titik lain atau vektor
jarak dari sebuah titik ke sebuah bidang tertentu penting dipelajari karena
kita akan membutuhkannya dalam pemecahan persoalan-persoalan tertentu.
Vektor
Jarak dari titik ke titik
Vektor jarak dari sembarang titik A (xA, yA, zA) ke sembarang titik B (xB, yB ,zB )
adalah
rAB
= (xB-xA)ax + (yB-yA)ay
+ (zB-zA)az (1.2)
Sedangkan vektor jarak dari sembarang titik B (xB, yB ,zB )
ke sembarang titik
A (xA, yA,
zA) adalah
rBA
= (xA-xB)ax + (yA-yB)ay
+ (zA-zB)az (1.3)
Contoh
Soal
Diketahui titik A (1,2,3) m, titik B (4,6,8)m dan titik C
(3,3,5) m, Tentukan :
(a). r AB’
(b). rAC’
(c). , sudut antara r AB’ dan rAC’ dan
(d). Luas segitiga ABC.
solusi
(a) Vektor rAB = (4-1)ax + (16-2)ay
+ (8-3)az = 3ax + 4ay + 5az;
= (9+16+25)1/2 =7,05 m
(b) Vektor rAC = 2ax+ ay
+ 2az m; = 3 m
(c) Sudut antara vektor rAB dan vektor rAC’ , dapat diperoleh
dari penurunan rumus perkalian titik antara vektor rAB dan rAC,
yaitu
(d) Luas segitiga ABC =
Vektor
Jarak dari Titik ke Bidang
Misalkan kita ingin mengetahui vektor jarak dari
sembarang titik P (xp,yp,zp) ke sembarang
bidang u: Ax+By+Cz =D, kita memerlukan
titik-titik potong antara bidang u dengan sumbu –x, sumbu –y, dan sumbu –z yang
secara berturut-turut adalah : D/A, y =D/B, dan z = D/C. Ambil jarak titik asal
O ke bidang u = a, cos = a A/D; cos = a B/D; cos= a C/D.
Vektor satuan normal u
(1.4)
Vektor garis
normal N disepanjang aN’, atau vektor jarak bidang u ke titik
asal O adalah
Bidang yang melalui titik ( xp, yp,
zp) dan sejajar bidang u adalah bidang w.
Ax
+ By +Cz = Axp + Byp + Czp = D’
Dari
persamaan(1.4) diperoleh
Maka
(1.5)
Atau (1.6)
Kita
misalkan adalah jarak dari bidang w ke titik asal O, maka
(1.7)
Jadi scalar dari titk P ke bidang u adalah jarak dari
bidang w ke bidang u, yaitu atau
Vektor jarak dari titik P ke bidang u adalah rpu
= dan’ maka
(1.9)
0 comments:
Post a Comment